Cari Blog Ini

Senin, 30 Agustus 2010

CAMPAK

Campak merupakan penyakit yang sangat menular pada masa anak-anak, tetapi juga menyerang orang dewasa. Campak dikenal pula dengan nama Morbili atau Rubeola. Gejala-gejala Campak cukup menakutkan. Anak-anak yang kurang gizi mudah terserang komplikasi yang fatal. Infeksi oleh virus Rubeola, ditularkan melalui batuk, bersin dan tangan yang kotor oleh cairan hidung.

1.         ETIOLOGI
Campak disebabkan oleh Virus Morbili yang merupakan virus RNA golongan Paramyxovirus. Virus Morbili bersifat dermotropik dan bisa mati karena ultraungu serta pada suhu 37 oC dan juga mati oleh bahan kimia tertentu. Akan tetapi virus ini dapat bertahan hidup selama lima tahunan pada suhu -15oC sampai -70oC dan dapat bertahan hidup 5 bulan pada suhu 4oC.

2.         EPIDEMIOLOGI
Insidens Campak di Indonesia selama tahun 1992 – 1998 dari data rutin Rumah sakit dan Puskesmas untuk semua kelompok umur cenderung menurut dengan keleng - kapan laporan rata-rata Puskesmas kurang lebih 60% dan Rumah sakit 40%. Penurunan Insidens paling tajam terjadi pada kelompok umur Kejadian Luar Biasa (KLB). Dari beberapa hasil penyelidikan lapangan KLB Campak dilakukan oleh Subdit Surveilans dan Daerah selama tahun 1998 – 1999, terlihat kasus-kasus Campak yang belum mendapat imunisasi masih cukup tinggi, yaitu kurang lebih 40% – 100%. Dari sejumlah kasus-kasus yang belum mendapat imunisasi tersebut, pada umumnya (>70%) adalah Balita.
Dampak keberhasilan cakupan imunisasi Campak nasional yang tinggi dapat menekan insidens rate yang cukup tajam selama 5 tahun terakhir, namun di beberapa desa tertentu masih sering terjadi KLB Campak. Asumsi terjadinya KLB Campak di beberapa desa tersebut, disebabkan karena cakupan imunisasi yang rendah (90%) atau kemungkinan masih rendahnya vaksin effikasi di desa tersebut. Rendahnya vaksin effikasi ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain kurang baiknya pengelolaan, rantai dingin vaksin yang dibawa kelapangan, penyimpanan vaksin di Puskesmas cara pemberian imunisasi yang kurang baik dan sebagainya.

3.         GEJALA
Perjalanan penyakit Campak khas dengan masa ingkubasi 10-12 hari. Lama kelamaan stadium prodromal yang ringan akan bertambah parah. Gejala patognomonis Campak adalah ditemukannya tanda Koplik’s spot yaitu bentukan seperti butiran pasir pada mukosa pipi bagian dalam. Pada stadium erupsi, terjadi munculnya bercak kemerahan di kulit yang terjadi pada hari ke 14 atau 3-4 hari perjalanan penyakit. Penderita dapat mengalami pembesaran limfa. Gejala lain yang dapat muncul adalah keluhan pencernaan seperti mencret dan mual muntah. Gejala penyakit Campak tersebut sagat mirip dengan penyakit lain yang diakibatkan oleh Adenovirus dan Mycoplasma. Variasi bentuk penyakit Campak dapat berupa:
1.         Atypical Measles
            Keadaan ini terjadi karena respon imun anak belum sempurna. Sindroma klinik ini terjadi pada sementara orang yng telah mendapat imunisasi Campak. Gejala yang ada mirip dengan penyakit Campak pada umumnya. Antibodi terhadap virus Campak mempunyai arti diagnosis yang baik. Patogenesis terjadinya Atypical Measles adalah karena kegagalan formaline inactive Measless vaccine.

2.         Modified Measles
            Keadaan ini terjadi pada individu yang memiliki respon imun sebagian atau tidak sempurna. Gejala penyakit lebih ringan. Penyakit ini terjadi karena pemberian imunisasi pasif dan imunoglobulin setelah terpapar Campak. Pasif imuniti dapat terjadi karena antibodi Campak dari ibu masuk ke dalam darah janin melaui plasenta.
3.         Haemorhagic Measles (Black Measles)
            Keadaan ini jarang muncul tetapi dapat terjadi pada beberapa orang. Gejala yang terjadi yang dapat berupa panas mendadak tinggi, kejang, stupor, kadang koma. Gejala tersebut dapat diikuti distres nafas yang bisa berakibat fatal. Terjadi erupsi berdarah pada kulit yang sangat menakutkan keluarga penderita. Erupsi tersebut dapat terjadi pada kulit dan mukosa sehingga sangat berbahaya. Patogenesis keadaan ini berhubungan dengan adanya Diseminated Intravasculer Coagulation (DIC).

4.         DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis penyakit Campak dapat ditegakkan dengan beberapa hal berikut ini:
1.             Gejala klinik penyakit yang khas
a.        Demam tinggi, paling tinggi dicapai setelah 4 hari.
b.  Bintik putih pada bagian dalam pipi di sebelah depan gigi premolar.
c.        Mata merah, berair
d.        Tenggorokan sakit, pilek, batuk yang khas kering dan keras
e.        Pada beberapa anak terdapat muntah-muntah dan diare
f.   Bintik yang khas ini muncul di belakang telinga, menyebar ke muka kemudian ke seluruh badan.
2.             Isolasi virus.
3.             Ditemukannya Giant Epitelial Cell/ RES Giant Cell pada pemeriksaan mikroskopis sekret hidung, saliva dan hapusan mukosa pipi.
4.             Serologi didapatkan peningkatan titer antibodi netralisasi, HI dan CF.
Diagnosis banding penyakit ini adalah Rubella (Campak Jerman), Exantema Subitum, Infeksi Enterovirus, Scarlet Fever, dan Meningococcemia.

5.         KOMPLIKASI
a.              Perluasan keradangan karena virus.
b.              Infeksi lanjutan karena bakteri.
c.              Kombinasi kedua hal di atas.
d.              Dalam jangka pendek dapat terjadi otitis media sampai rusaknya hair sel telinga, Pneumonia (infeksi paru-paru) virus yang mulai tampak saat gejala prodromal sampai viremia, Laringitis serta laringotrakeitis, Bronkhitis (infeksi saluran pernafasan bagian bawah), Encepalitis (radang otak).
e.              Dalam jangka panjang dapat terjadi degenerasi sel saraf, anoreksia dan gangguan elektrolit serta gangguan nutrisi, aktivasi TBC bila sebelumnya sudah terkena TBC.

6.         PENATALAKSANAAN
a.              Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri atau self limited diseases.
b.              Antibiotika dan antimikroba tidak dapat membunuh virus Campak tetapi dapat berguna untuk mengobati infeksi bakterial sekunder oleh karena bakteri.
c.              Tugas pokok pengobatan adalah mencegah terjadinya komplikasi yang terjadi.
d.              Terapi suportif sangat penting yang meliputi diet cukup cairan elektrolit dan protein serta kalori. Pengobatan suportif juga ditujukan untuk mencegah terjadinya komplikasi infeksi bakteri maupun virus lain.

7.        
PENANGGULANGAN CAMPAK
Program Pencegahan dan pemberantasan Campak di Indonesia pada saat ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB. Hasil pemeriksaan sample darah dan urine penderita Campak pada saat KLB menunjukkan Igm positip sekitar 70% – 100%. Insidens rate semua kelompok umur dari laporan rutin Puskesmas dan Rumah Sakit selama tahun 1992 – 1998 cenderung menurun, terutama terjadi penurunan yang tajam pada kelompok umur = 90%) dan merata disetiap desa masih merupakan strategi ampuh saat ini untuk mencapai reduksi Campak di Indonesia pada tahun 2000. CFR Campak dari Rumah Sakit maupun dari hasil penyelidikan KLB selama tahun 1997 – 1999 cenderung meningkat, kemungkinan hal ini terjadi berkaitan dengan dampak kiris pangan dan gizi, namun masih perlu dikaji secara mendalam dan komprehensive.
Sidang WHA tahun 1988, menetapkan kesepakatan global untuk membasmi polio atau Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi Campak. Pada sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa Campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir Campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang cukup tinggi dengan effikasi vaksin 85%. Diperkirakan eradikasi akan dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.
Program imunisasi Campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI secara nasional. Dengan keberhasilan Indonesia mencapai UCI tersebut memberikan dampak positif terhadap kecenderungan penurunan insidens Campak, khususnya pada Balita dari 20.08/10.000 – 3,4/10.000 selama tahun 1992 – 1997. Walaupun imunisasi Campak telah mencapai UCI namun dibeberapa daerah masih terjadi KLB Campak, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah atau daerah kantong. Pemberantasan Campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda.
a.         Tahap Reduksi.
Tahap reduksi Campak dibagi dalam 2 tahap. Tahap pengendalian Campak. Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi >80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4 – 8 tahun. Tahap pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang. Reduksi Campak bertujuan menurunkan angka insidens Campak sebesar 90% dan angka kematian Campak sebesar 95% dari angka sebelum program imunisasi Campak dilaksanakan. Di Indonesia, tahap reduksi Campak diperkirakan dengan insiden menjadi 50/10.000 balita, dan kematian 2/10.000 (berdasarkan SKRT tahun 1982). Imunisasi Rutin 2 kali, pada bayi 9-11 bulan dan anak Sekolah Dasar Kelas I (belum dilaksanakan secara nasional) dan Imunisasi Tambahan atau Suplemen.
b.         Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus Campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.
c.         Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus Campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999, menetapkan Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan terjadinya KLB.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar